sukuPapua terdiri dari suku apa saja. SD. SMP. SMA SBMPTN & UTBK. Produk Ruangguru. Beranda; SD; IPS Terpadu; suku Papua terdiri dari suku apa saja SF. Sofiyan F. 28 Maret 2020 13:33. Pertanyaan. suku Papua terdiri dari suku apa saja. Mau dijawab kurang dari 3 menit? Coba roboguru
Mbaru Niang adalah rumah adat dari wilayah Pulau Flores, Indonesia. Rumah adat Mbaru Niang berbentuk kerucut dan memiliki lima lantai dengan tinggi sekitar 15 meter. Rumah adat Mbaru niang dinilai sangat langka karena hanya terdapat di kampung adat Wae Rebo yang terpencil di atas pegunungan. Usaha untuk mengkonservasi Mbaru Niang telah mendapatkan penghargaan tertinggi kategori konservasi warisan budaya dari UNESCO Asia-Pasifik tahun 2012 dan menjadi salah satu kandidat peraih Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur tahun 2013.[1][2] Mbaru Niang di desa Wae rebo, Flores
KeunikanDesa Wae Rebo adalah terdapatnya 7 rumah adat yang memiliki bentuk kerucut. Dari sisi pariwisata, Desa Wae Rebo sudah terkelola dengan baik. Jika berada di sini, wisatawan hanya akan menemukan penginapan yang terdiri dari 7 rumah adat. Rumah adat tersebut sudah bertahan selama 19 generasi yang disebut Mbaru Niang. Bangunan rumah adat ini terbuat  Lifestyle Inspirasi & Unik Senin, 23 Agustus 2021 - 1116 WIB Rumah Adat Gadang Sumber VIVA – Rumah adat Minangkabau adalah bangunan tradisional yang berasal dari daerah Sumatra Barat. Rumah gadang merupakan nama rumah tradisional dari adat Minangkabau. Dikutip dari masyarakat setempat juga menyebut rumah gadang sebagai rumah bagonjong atau rumah rumah gadang dibangun di atas tanah yang agak luas dan memiliki keluarga induk secara turun temurun. Selain itu, rumah gadang juga sering dilengkapi dengan surau keluarga yang kerpa digunakan untuk pemuda berkumpul dan atau tempat untuk menyelenggarakan kegiatan sosial dan keagamaan. Rumah Adat MinangkabauBentuk Rumah Gadang Rumah Gadang Bentuk rumah gadang berupa bangunan balok segi empat yang mengembang ke atas dan mengecil ke bawah. Kemudian garis melintang dari bangunan rumah ini melengkung tanjam di dua tepi sebelahnya yang menyerupai bentuk tanduk yang menyerupai tanduk kerbau tersebut sebagai simbol dari kemenangan. Lalu bentuk atap yang melengkung dan runcing ke atas disebut sebagai gonjong. Oleh karena itu, rumah gadang sering juga dinamakan sebagai rumah bagonjong. Umumnya atap rumah gadang dibuat dengan ijuk yang bisa bertahan puluhan tahun. Halaman Selanjutnya Fungsi Rumah Gadang Kami kirim berita paling update di pagi dan sore hari langsung ke telegram Kamu! Pssst ada quiz dan giveaway juga Topik Terkait Rumah Adat Minangkabau Minangkabau Rumah Gadang Kerbau Jangan Lewatkan Terpopuler Seorang jamaah bertanya kepada Buya Yahya mengenai hukum riba terkait jual beli motor yang terlanjur sudah terlibat dalam riba. Seblak rafael saat ini tengah diminati dengan maraknya diunggah di media sosial. Seblak dengan sambal hijau disertai taburan minyak pedas nan nikmat ini pun jadi favorit. Ramalan zodiak Selasa, 13 Juni 2023. Aries, hindari usaha patungan. Capricorn, kamu mungkin menemukan belahan jiwa. Aquarius, karyawan yang layak dapat menerima promosi. Morning sex bersama pasangan dapat meningkatkan mood, meningkatkan energi dan kepercayaan diri, dan membantu tubuh bersantai di hari kerja dengan jauh lebih efisien. Hubungan antara ibu mertua dan menantu memang cukup kompleks. Lantas apa yang membuat ibu mertua kurang akur dengan menantunya? Selengkapnya  VIVA Networks Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita berharap agar All New Toyota Yaris Cross bisa di ekspor ke Australia, sehingga menjadi tantangan Toyota Indonesia. Tercatat ada 4 merek asal China yang hadir di pameran tahunan GIIAS 2023 nanti, yaitu Neta, GWM Tank, Ora, dan Haval. Bagaimana Chery melihat persaingan ini? Selengkapnya  Isu Terkini

LabuanBajo adalah salah satu destinasi yang sedang nge-hits di kalangan para pelancong. Keindahan alamnya yang masih sangat terjaga mampu menghipnotis setiap mata yang memandangnya.

Rumah Adat Nusa Tenggara Timur – Rumah adalah kebutuhan penting bagi manusia yang harus terpenuhi, dimana selain sebagai pemberi rasa aman dari ancaman lingkungan, rumah juga dapat menjadi tempat multifungsi. Selain bentuk rumah yang dapat kita lihat secara umum pada pemukiman masyarakat, ada juga beberapa bentuk rumah unik yang masih digunakan oleh masyarakat sampai saat dengan keyakinan teguh tentang adat dan tradisi suku. Rumah tradisional juga merupakan suatu bentuk warisan budaya yang harus dilestarikan. Hal tersebutlah yang membuat kita harus selalu tertarik untuk mempelajari tentang kebudayaan bangsa kita. Sebagai salah satu provinsi yang terletak di bagian Tenggara Indonesia, NTT atau Nusa Tenggara Timur juga memiliki beberapa rumah adat yang memiliki fakta unik dan akan sangat sayang jika sampai punah. Beberapa diantaranya dipercaya memiliki kisah mistis tersendiri. Lantas, apa saja jenis rumah adat yang terdapat di Nusa Tenggara Timur beserta fakta menarik tentangnya? Simak pada ulasan berikut! Sebelum lanjut, barangkali kamu tertarik juga baca artikel Keunikan dan Fungsi Rumah Adat dari Provinsi NTB Rumah Adat Mbaru Niang Rumah adat Nusa Tenggara Timur yang pertama akan kita bahas yaitu rumah adat Mbaru Niang. Rumah adat ini dapat kalian temukan di desa Wae Rebo, Manggarai NTT dengan bentuk yang mengerucut dimana atap rumah terbuat dari daun lontar yang sudah kering. Mbaru Niang biasanya dibuat dengan 5 tingkat di dalamnya yang mana pada tingkat pertama lutur digunakan sebagai tempat tinggal oleh pemilik rumah. Tingkat 2 lobo digunakan sebagai tempat menyimpan bahan pangan sedangkan tingkat 3 lentar digunakan sebagai tempat menyimpan benih tanaman. Tingkat 4 lempa rae digunakan sebagai tempat menyimpan cadangan makanan setelah bahan pangan yang disimpan pada tingkat 2 rumah sudah habis, dan terakhir tingkat 5 hekang kode yang biasanya digunakan sebagai tempat sesajian. Rumah Adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara Rumah adat ini juga memiliki bentuk yang mengerucut dan uniknya rumah ini terbuat dari ilalang. Tidak seperti rumah adat Mbaru Niang yang memiliki 5 tingkat dengan fungsi yang berbeda, rumah adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara ini justru memiliki 3 jenis yang disesuaikan dengan penggunaannya. Penggunaan pertama sebagai rumah baku, digunakan untuk menyimpan tulang-belulang leluhur. Penggunaan yang kedua dan ketiga sebagai rumah tinggal yang digunakan sebagai tempat tinggal serta wadah lumbung padi. Yang membedakan diantara ketiganya adalah adanya kepala kerbau yang terletak di depan rumah adat Tenda Bewa Moni Koanara. Rumah Adat Musalaki Rumah adat ini terbuat dari kayu, batu, hingga daun-daun kering yang walaupun demikian bangunan ini memiliki struktur bangunan yang kokoh. Rumah adat Musalaki biasanya digunakan sebagai tempat tinggal kepala suku Lio salah satu suku asli NTT atau dapat juga digunakan sebagai tempat melaksanakan acara ritual adat maupun tempat musyawarah masyarakat setempat. Bangunan pada rumah adat ini terdiri dari 3 bagian yaitu Kuwu Lewa Pondasi, Maga Lantai, dan Atap. Kuwu Lewa Pondasi merupakan bagian rumah yang terbuat dari batu lonceng yang diletakan secara berdiri sebagai pondasi utama dan berfungsi untuk mencegah kemungkinan roboh akibat gempa, Kuwu Lewa juga merupakan sebuah pondasi yang terbuat dari kayu dan berguna sebagai tumpuan lantai serta menyokong atap rumah. Selanjutnya adalah Maga Lantai yang berbentuk seperti lantai gantung seperti pada rumah panggung, dibuat dengan tujuan untuk menjaga rumah dari kelembaban. Lantai pada rumah adat ini dibedakan menjadi 2 jenis yaitu lantai Teo lantai teras yang berada pada bagian luar dan lantai Ndawa ruang dalam yang berada di bagian dalam. Ke-2nya memiliki perbedaan dimana lantai teras dibuat lebih tinggi jika dibandingkan dengan lantai dalam. Bagian terakhir dari rumah ini yaitu atap rumah, dimana atap terbuat dari jerami yang bertumpu pada rangka saka ibu, leka raja dan kayu palang. Uniknya, rangka pada rumah adat ini memiliki bentuk menjulang yang sangat tinggi. Tidak hanya sebagai tempat tinggal dan tempat menyimpan bahan pangan, rumah adat di NTT juga merupakan tempat berinteraksi antar komunitas masyarakat setempat. Tak hanya itu saja, rumah disana juga sebagai tempat berkumpulnya nilai religi, norma, estetika, serta budaya yang dapat mencerminkan perilaku arif masyarakat setempat. Lokasinyadi kelilingi oleh Pasar Bawah, Pasar Atas, Plaza Bukittinggi dan Istana Bung Hatta. Nama Gadang berasal dari bahasa Minangkabau yang berarti ā€œbesarā€, nama ini diambil karena jam yang terdapat di keempat sisi menara tersebut yang berdiameter cukup besar, yaitu 80 cm. Selain sebagai monumen kota Bukittingi, Jam Gadang juga menjadi Nusa Tenggara Timur NTT dengan ibu kota Kupang sebenarnya memiliki berbagai rumah adat yang unik dan khas. Namun, selama ini hanya rumah adat NTT bernama Mbaru Niang di kawasan Wae Rebo yang terekspos menjadi tujuan wisata selain Labuan Bajo. Padahal, selain Mbaru Niang masih ada banyak rumah adat lain yang ditinggali oleh suku berbeda di seluruh provinsi kepulauan ini. Apa saja jenis rumah adat tersebut dan bagaimana penjelasan detailnya? Berikut ini adalah ulasan mengenai apa nama berbagai rumah adat yang ada dan dilengkapi dengan gambar. Rumah Adat NTT dan Penjelasannya Jenis Rumah Adat NTT dan Keunikannya A. Rumah Adat Mbaru NiangFungsi Rumah AdatFilosofi, Ciri Khas dan Keunikan KonstruksiKonfigurasi Rumah dan Penjelasan B. Rumah Adat MusalakiFilosofi dan Fungsi Rumah AdatCiri Khas dan KeunikanKonfigurasi Ruang dan Penjelasannya C. Rumah Adat Sao Ata Mosa LakitanaD. Rumah Adat Sao Ngada Rumah Adat NTT dan Penjelasannya NTT adalah provinsi berbentuk kepulauan yang dihuni oleh beragam suku bangsa, antara lain suku Manggarai, Ende Lio, Atoni, Alor dan Rote. Masing-masing suku ini memiliki adat dan keunikannya yang berbeda, sehingga memunculkan berbagai rumah adat di NTT. Rumah tradisional yang bertransformasi menjadi rumah adat di NTT ini antara lain rumah Mbaru Niang, Musalaki, Sao Ngada serta Sao Ata Mosa Lakitana. Dalam bahasa NTT, Sao memiliki arti rumah adat. Oleh karenanya kebanyakan rumah adat diawali dengan nama Sao dan diberi imbuhan sesuai dengan karakter suku masing-masing. Beberapa nama rumah adat juga dipakai sebagai nama kolektif yang berdampingan dengan nama particular nama aslinya. Karena perkembangan budaya modern, penggunaan rumah adat ini semakin bergeser dan ditinggalkan. Salah satu contoh upaya preventif mencegah hilangnya rumah adat, maka sekelompok arsitek melakukan gerakan rumah asuh yang dimulai pada tahun 2008. Salah satu program yang berhasil adalah revitalisasi rumah Mbaru Niang di kampung Wae Rebo. Kawasan ini sekarang menjadi salah satu destinasi wisata utama di wilayah NTT bagi para traveler dan foto hunter. Jenis Rumah Adat NTT dan Keunikannya A. Rumah Adat Mbaru Niang Rumah adat Manggarai disebut dengan nama rumah Mbaru Niang, mengacu pada bentuknya yang kerucut dengan alas bundar. Mbaru Niang merupakan salah satu rumah adat yang sangat eksotis karena terisolir di atas pegunungan. Mbaru Niang dihuni oleh warga kampung Wae Rebo di Pulau Flores. Kampung ini dikelilingi hutan tropis Manggarai Barat yang lebat dan tepat berbatasan dengan Taman Nasional Komodo. Mbaru Niang di Wae Rebo didirikan sebanyak tujuh buah sebagai simbol penghormatan masyarakat terhadap tujuh gunung yang mengelilingi dan melindungi area kampung. Compang. Sumber Rumah Mbaru Niang dibangun di atas tanah datar dan disusun mengelilingi panggung batu bernama Compang, sebagai pusat dari ketujuh di sekelilingnya. Compang dilengkapi dengan menhir batu yang ditancapkan, dan area ini memiliki fungsi sebagai area pemujaan terhadap Tuhan dan roh leluhur. Susunan rumahnya dibuat dengan arah hadap selatan membentuk setengah lingkaran. Komposisi ini bertujuan agar setiap rumah Mbaru Niang tidak saling membelakangi. Mbaru Niang yang diposisikan di tengah-tengah bernama Mbaru Gendang, dan berfungsi sebagai museum penyimpanan gendang dan barang pusaka lainnya milik warga Wae Rebo. Rumah lainnya yang berjumlah enam di sayap kiri dan kanan Mbaru Gendang disebut Niang Gena rumah tempat tinggal. Nama-nama Niang Gena tersebut adalah 1 Niang Gena Mandok, 2 Niang Gena Jekong, 3 Niang Gena Ndorom, 4 Niang Gena Pirung, 5 Niang Gena Jintam, serta 6 Niang Gena Maro. Eksistensi Mbaru Niang yang berhasil dipertahankan di Wae Rebo memperoleh penghargaan UNESCO Asia-Pasifik sebagai daerah konservasi warisan budaya pada tahun 2012. Fungsi Rumah Adat Mbaru Niang tidak hanya difungsikan untuk rumah hunian, tetapi lebih luas berperan sebagai pusat kegiatan masyarakat Wae Rebo. Setiap Mbaru Niang biasa digunakan 6 sampai 8 keluarga dengan pembagian masing-masing ruang. Filosofi, Ciri Khas dan Keunikan Konstruksi Mbaru Mbaru Niang sebagai rumah tradisional yang diwariskan oleh leluhur secara turun temurun, memiliki berbagai filosofi di setiap elemen di dalamnya. Rumah Mbaru Niang melambangkan seorang ibu dengan menarik intisari sifat melindungi, mengayomi dan memberikan rasa aman. Persambungan di masing-masing konstruksi bangunannya dianggap sebagai visualisasi pernikahan sepasang suami istri dalam membangun keluarga. Keunikan rumah Mbaru Niang berada di bentuk atapnya. Atap rumah Mbaru Niang terbuat dari daun lontar yang dikombinasikan dengan ijuk. Atap tersebut berbentuk kerucut dan dipasang menjulur hingga mencapai tanah. Bentuk kerucut dianggap sebagai representasi perlindungan dan persatuan. Lantai rumah Mbaru Niang disusun dengan bentuk lingkaran menyimbolkan keadilan dan keharmonisan masyarakat. Di dalamnya terdapat lantai bersusun lima dan masing-masingnya diisi dengan ruangan yang memiliki fungsi beragam. Konfigurasi Rumah dan Penjelasan a Pondasi Rumah Mbaru Niang bertipologi rumah panggung. Sehingga di bawah lantai dasarnya terdapat kolong rumah ngaung dengan tinggi kurang lebih satu meter yang biasa dipakai masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti menenun dan dan kendang hewan untuk memelihara ternak. Pondasi rumah Mbaru Niang terbuat dari batang kayu yang dipancang ke dalam tanah dengan kedalam kurang lebih dua meter. Kayu tersebut dibungkus menggunakan ijuk berlapis plastik dengan tujuan supaya kayu tidak bersentuhan dengan tanah dan menjadi busuk. b Tiang Mbaru Niang disangga oleh dua jenis tiang, yaitu hiri mehe tiang utama dan hiri ngaung tiang pendukung. Jumlah hiri mehe pada Mbaru Niang berjumlah 9 buah dan difungsikan sebagai penyangga utama konstruksi bangunan. Jumlah ini sebagai simbol perjuangan ibu yang mengandung selama 9 bulan. Salah satu dari hiri mehe di rumah Mbaru Niang menggunakan kayu dari pohon utuh dengan tinggi sekitar 15 meter. Hiri mehe dipasang di atas umpak bantalan tiang yang terbuat dari batu besar. Sedangkan hiri ngaung lebih digunakan sebagai penopang lantai dasar dan jumlahnya mencapai 42 tiang. c Atap Atap ijuknya dikenal dengan nama wehang dan dirangkai menggunakan ikatan rotan menjadi rangkaian sepanjang 9 meter. Pada proses pemasangannya dimulai dari bawah ke atas dengan pola tumpukan 21. Artinya dua lapis atap pada bagian bawah akan diikuti dengan satu lapis, kemudian disusul dua lapis lembaran ijuk lagi dan seterusnya hingga mencapai puncak. Kerangka atap dibentuk oleh susunan rangka dari bambu utuh yang disebut buku. Terdapat dua jenis buku dalam konstruksi atap Mbaru Niang, yaitu buku utama dan buku biasa. Jumlah buku utama ada delapan dan pangkalnya dipasang pada setiap penjuru mata angin utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat, barat laut kemudian ujungnya disatukan di puncak. Sedangkan buku biasa bertugas untuk mendukung buku utama, sehingga jumlahnya bervariasi tergantung besarnya atap. d Lantai Lantai rumah Mbaru Niang terdiri dari lima susun, dengan setiap tepi lantainya dibatasi dengan jalinan kayu kenti. Masing-masing lantai di rumah Mbaru Niang memiliki fungsi dan penjelasannya sebagai berikut. 1. Lantai Pertama Tenda Tenda memiliki diameter paling besar yaitu sekitar 11 meter. Lantai pertama disekat menjadi dua ruang, yaitu lutur ruang publik untuk menerima tamu dan molang di sebelah belakang ruang tamu, berfungsi sebagai ruang tinggal. Molang difungsikan sebagai kamar tidur loang yang biasanya berjumlah 6 – 8 tergantung jumlah keluarga, serta dapur hapo dengan jumlah tungku sama seperti jumlah loang. Hal ini karena setiap keluarga yang tinggal di Mbaru Niang memiliki harus memiliki tungku masing-masing. 2. Lantai Kedua Loteng Lobo Mehe Loteng Lobo Mahe berdiameter lebih kecil dari tenda yakni 9 meter. Lantai ini lebih berfungsi sebagai area penyimpanan yang dibagi dalam dua lobo masing-masing untuk menyimpan bahan makanan serta mengawetkan daging dan kayu. Uniknya, di bagian lobo ini salah satu tiang sebesar kepala manusia ditempatkan dengan posisi menggantung sehingga sering dijadikan simbol kelahiran di rumah Mbaru Niang. 3. Lantai Ketiga Lobo Lentar Labo Lentar disusun dengan diameter lantai kurang lebih 6 meter. Fungsi lantai ini untuk menyimpan berbagai jenis benih untuk di tanam di ladang. 4. Lantai Keempat Lemparae Lemparae digunakan untuk ruang penyimpanan stok bahan pangan sebagai bentuk antisipasi masyarakat terhadap kemarau panjang ataupun jika terjadi gagal panen. 5. Lantai Kelima Hekang Kode Hekang Kode ini merupakan lantai di tingkatan paling tinggi dengan diameter hanya sekitar 1,8 meter. Hekang Kode dipakai sebagai ruang penyimpanan pelengkap upacara adat seperti langkar mirip besek anyaman bambu yang dipakai sebagai tempat sesaji. B. Rumah Adat Musalaki Rumah adat Musalaki merupakan salah satu rumah tradisional suku Ende Lio yang berkembang di NTT, tepatnya di Desa Wolotolo, Kabupaten Ende. Nama Musalaki diambil dari kata mosa yang bermakna ketua, dan laki yang berarti adat. Hal ini merujuk pada peruntukan rumah Musalaki sebagai rumah tradisional yang ditinggali oleh para ketua adat kepala suku. Filosofi dan Fungsi Rumah Adat Sketsa Analisa, 2012 Rumah adat Musalaki di Desa Wolotolo lebih sering dikenal dengan nama Sao Ria, yang diartikan sebagai rumah besar yang diperuntukkan oleh empat Mosa Laki Kepala suku. Selain tempat tinggal, Sao Ria memiliki fungsi religi sebagai lokasi pelaksanaan upacara adat seperti kelahiran, kematian, pernikahan, dan upacara yang mendukung kegiatan pertanian. Sao Ria menjadi simbol kesatuan dan kebesaran masyarakat adat Ende Lio. Disini rumah dianggap sebagai representasi seorang perempuan karena menjadi pusat kelahiran generasi baru. Sedangkan, laki-laki disimbolkan pada Tubu Musu yang berada di tengah lapangan yang dikelilingi perkampungan. Selain Sao Ria, komposisi perkampungan Desa Wolotolo juga dilengkapi dengan Sao Keda, yang berfungsi sebagai balai adat untuk pelaksanaan musyawarah. Sao keda ini merupakan lambang kesakralan bagi suku Ende Lio sebab dianggap sebagai awal mula munculnya pemukiman penduduk dengan model rumah yang sama. Elemen tambahan lain yang melengkapi pemukiman suku Ende Lio antara lain, Kanga yaitu area pemujaan Dua Ngae Tuhan berlokasi di depan Sao Keda, Tubu musu tugu batu, Kebo Ria Lumbung beras serta Rate Makam. Ciri Khas dan Keunikan Rumah Musalaki atau Sao Ria memiliki ciri bangunan yang lebih tinggi dan besar dibandingkan rumah penduduk biasa. Rumah ini menggunakan tipologi rumah panggung dan tidak memiliki jendela. Dinding pada rumah Musalaki tidak terlihat karena susunan atapnya yang menjuntai hingga bawah. Atap rumah Musalaki namanya ubu bewa dengan ciri memiliki tinggi mencapai 9 meter terhitung dari tiang sampai puncak atap atau saka ubu. Tiang keliling lake kaka berukuran lebih pendek daripada tiang utama lake one sao. Keunikan lainnya adalah rumah adat ini hanya memiliki tiga buah anak tangga sebagai penghubung ke dalam rumah. Arsitektur Rumah dan Keterangannya Pola perumahan diatur mengelilingi Sao Keda dan Kanga. Konstruksi pendukung rumah dijelaskan sebagai berikut Lake Lewu Tiang Kolom terbuat dari batu lonjong dan kayu, dengan jumlah menyesuaikan besar kecilnya rumah. Tangi Tangga dibedakan menjadi tangga utama di bagian samping rumah dan tangi lulu ire mbasa di bagian belakang rumah bercirikan hanya memiliki anak tangga berjumlah tiga. Padha tenda berada di samping kiri dan kanan tangga utama, serta difungsikan sebagai balai tempat bersantai. Bengu Sesu penghubung menghubungkan tangga utama dengan pintu rumah yang berada diantara tenda singi lau tenda kiri dengan tenda singi gheta tenda kanan. Isi Khubi kayu palang merupakan kerangka rumah berbentuk persegi panjang yang sekaligus membagi ruangan di dalam rumah adat. Leke raja tiang atap berjumlah 2-4 tiang dan berposisi di tengah rumah untuk menopang atap. Wisu tiang sudut dan Hai dari tiang pendukung merupakan tiang rangka yang membentuk atap. Ate Ubu atap rumah berbahan ijuk nao dan alang-alang ki. Kebi dan seemo dinding rumah terbuat dari papan kayu. Pere, Pene dan Pete pintu terdiri dari dua daun pintu yang dipenuhi ukiran khas suku Ende Lio. Konfigurasi Ruang dan Penjelasannya 1. Bera Waja dapur Berbeda dengan susunan rumah adat lain, rumah Musalaki memiliki dua dapur yaitu dapur utama dan dapur umum. Dapur utama dalam rumah Musalaki justru berada di bagian depan, dekat dengan pintu utama, dan berfungsi untuk memasak sesaji pa’a loka upacara adat. Sedangkan dapur umum yang digunakan keluarga, berada di sekeliling koja ndawa. Masyarakat suku Ende masih berpegang teguh pada filosofi satu keluarga satu tungku, sehingga di dalam dapur utama jumlah tungkunya sesuai dengan jumlah kepala keluarga yang tinggal. 2. Koja Ndawa ruang utama Koja Ndawa berada di susunan paling depan setelah pintu masuk. Ruangannya tidak dilengkapi plafon karena bagian atas digunakan untuk menggantung Ola Teo sebagai perlengkapan upacara adat. Ruangan ini berfungsi untuk menerima tamu dan kegiatan sosial kemasyarakatan lain seperti musyawarah 3. Soja kamar tidur Soja adalah kamar-kamar tidur yang langit-langitnya dilengkapi dengan plafon. Letaknya berada di sayap kiri dan kanan dengan posisi sejajar rumah. Jumlah Soja bergantung pada banyaknya keluarga yang tinggal dalam satu rumah Musalaki. C. Rumah Adat Sao Ata Mosa Lakitana Rumah adat Sao Ata Mosa Lakitana adalah nama kolektif untuk beberapa rumah adat dari NTT. Secara umum rumah jenis ini memiliki dua jenis konstruksi, yaitu Amu Kelaga rumah panggung dan Amu Laburai rumah berdinding tanah. Karena merupakan nama kolektif, Sao Ata Mosa Lakitana memiliki atap rumah yang beragam sebagai identitas masing-masing suku pendukungnya. 1. Bentuk atap Joglo Bentuk atap ini diterapkan pada rumah adat ini sebagai ciri khas bahwa rumah Sao Ata Mosa Lakitana tersebut berasal dari suku Sumba. Keunikan dari rumah adat suku Sumba ini adalah memiliki pintu khusus yang dibedakan untuk laki-laki dan perempuan. Pintu perempuan mempunyai akses ke dapur sebagai pusat kegiatan ibu rumah tangga. Sedangkan pintu laki-laki berada di rumah depan sekaligus sebagai pintu utama. 2. Bentuk atap perahu terbalik Bentuk atap ini merupakan karakteristik rumah yang dimiliki oleh suku Rote. Keunikannya terletak pada susunan rumah yang dibuat menjadi tiga lantai dengan fungsi berbeda. Lantai pertama digunakan sebagai ruang penyimpanan padi, lantai kedua difungsikan sebagai ruang tinggal untuk tidur, dan lantai ketiga digunakan untuk penyimpanan rempah-rempah dan hasil bumi lainnya. 3. Bentuk atap kerucut bulat Bentuk atap kerucut bulat merupakan rumah Sao Ata Mosa Lakitana yang biasanya menunjukkan kepemilikan dari suku Timor. Rumah dari suku Timor di pulau Timor ini juga dikenal dengan nama rumah bulat atau Ume Khubu. Konstruksi rumahnya berbentuk bulat, menyerupai rumah Mbaru Niang. Pintu rumah bulat hanya sekitar satu meter dan mengharuskan menunduk ketika akan memasuki rumah. Rumah ini tidak dilengkapi dengan jendela dan sekat dalam rumah. Konstruksi ini dibuat untuk menyulitkan musuh untuk masuk, sehingga rumah bulat tidak hanya untuk tempat tinggal tetapi sekaligus sebagai benteng pertahanan. D. Rumah Adat Sao Ngada Rumah adat Sao Ngada merupakan identitas suku Bajawa yang berada di Ngada, Pulau Flores. Terdapat dua jenis rumah adat yaitu Sao Saka Pu’u rumah induk sebagai lambang leluhur perempuan dan Sao Saka Lobo rumah mewakili leluhur laik-laki. Sao Saka Lobo umumnya mempunyai ukuran rumah yang lebih kecil daripada Sao Saka Pu’u. Rumah Sao Saka Pu’u. Sumber Kadafi, 2018 Rumah Sao Saka Lobo. Sumber Kadafi, 2018 Masih seperti rumah adat NTT lainnya, rumah adat ini bertipologi rumah panggung dengan atap terbuat dari perpaduan ijuk dan alang-alang. Dindingnya terbuat dari papan kayu dengan beberapa hiasan berupa ukiran. Keunikan dari rumah adat ini terletak daun pintunya yang didesain rendah sehingga harus merunduk ketika akan masuk. Selain itu, pola pemukimannya dibuat membentuk huruf U. Saat ini eksistensi rumah adatnya dapat dilihat di Kampung Bena, sebagai wisata budaya kampung tertua di Pulau Flores. Jadi semakin greget ya belajar mengenai warisan budaya di Indonesia. Nusa Tenggara Timur yang tergolong pulau kecil saja memiliki beragam budaya dengan kompleksitas setinggi ini. Benar-benar harus bangga menjadi orang Indonesia, ya! Ketujuhnyaadalah rumah adat utama yang disebut sebagai Mbaru Niang. Rumah adat di kampung ini juga bentuknya sama dan sangat menarik. Selain itu kampung adat Tarung juga menawarkan keindahan dan keunikan budaya Sumba yang masih dipertahankan. Dimana dia juga akan menjelaskan tentang sejarah, apa saja yang bisa dilakukan dan
RumahCom – Indonesia adalah sebuah negara yang dikenal dengan keanekaragaman budayanya. Setiap turis yang pergi mengunjungi Indonesia tentunya sangat senang untuk melihat berbagai perbedaan yang ada pada setiap masing-masing wilayah. Semua daerah yang ada di Indonesia memiliki keunikannya tersendiri dan membuatnya sangat cocok untuk menjadi destinasi wisata yang sangat menarik bagi siapa saja. Salah satu bentuk keanekaragaman lainnya yang ada di Indonesia adalah banyaknya terdapat rumah adat yang sesuai dengan wilayahnya sendiri. Setiap rumah adat yang ada di Indonesia memiliki bentuk dan desain yang berbeda-beda dan membuatnya menjadi sangat unik untuk di eksplor dan dipelajari dengan baik. Rumah adat yang terkenal salah satunya adalah rumah adat Nusa Tenggara Timur. Agar Anda bisa mempelajari tentang rumah adat secara mendetail maka pada artikel kali ini akan dibahas mengenai Serba Serbi Rumah Adat Musalaki NTT Sejarah Rumah Adat NTT Fungsi Rumah Adat NTT Tips Membangun Rumah Etnik NTT di Rumah Modern Jenis-jenis Rumah Adat NTT Rumah Adat Musalaki Rumah Adat Mbaru Niang Rumah Adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Filosofi Rumah Adat NTT Keunikan yang Dimiliki Rumah Adat NTT 1. Serba Serbi Rumah Adat Musalaki NTT Nusa Tenggara Timur adalah salah satu provinsi yang berada di Indonesia yang terbagi menjadi beberapa pulau yang berbeda-beda. Karena banyaknya pulau itulah yang menjadikan provinsi Nusa Tengara Timur bisa mempunyai banyak perbedaan dan contohnya adalah suku hingga rumah adat. Beberapa suku yang dimiliki oleh Nusa Tenggara Timur adalah seperti suku Antoni, Belu, Lamaholot dan yang lainnya. Setiap suku yang berbeda tersebut memiliki desain dan bentuk rumah adatnya yang unik dan berbeda. Sama halnya juga dengan rumah adat Musalaki yang ada pada daerah Nusa Tenggara Timur. Dilansir dari Wikipedia, rumah adat Musalaki atau Rumah Musalaki adalah rumah tradisional yang bisa dijumpai pada provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Rumah Musalaki adalah sebuah lambang dari provinsi Nusa Tenggara Timur. Rumah adat Musalaki pada awalnya dipakai sebagai sebuah tempat tinggal bagi kepala suku dari beberapa suku yang ada di Nusa Tenggara Timur. Hingga saat ini, desain dari rumah adat Musalaki terus digunakan sebagai salah satu acuan desain utama bangunan pemerintahan seperti kantor Kelurahan, Kecamatan hingga Kabupaten pada provinsi Nusa Tenggara Timur. a. Sejarah Rumah Adat NTT Dalam sejarahnya, rumah adat Musalaki adalah rumah adat asli dari masyarakat suku Ende Lio. Nama rumah adat Musalaki tersebu berasal dari sebuah kata dalam bahasa tradisional Ende Lio yaitu Mosa yang dimaksud sebagai Ketua dan Laki yang memiliki arti adat. Apabila kata tersebut digabungkan maka akan menjadi ā€œKetua Adatā€ karena rumah Musalaki merupakan sebuah rumah yang menjadi tempat tinggal utama dari Kepala Suku dalam masyarakat suku Ende Lio. b. Fungsi Rumah Adat NTT Seperti yang sudah disebutkan di atas, fungsi utama dari rumah adat NTT adalah untuk menjadi tempat tinggal dari kepala suku, terutama suku Ende Lio. Tidak hanya itu saja, rumah adat ini juga berfungsi sebagai tempat untuk melakukan berbagai ritual seperti upacara adat, musyawarah dan kegiatan yang lainnya. 2. Tips Membangun Rumah Etnik NTT di Rumah Modern Merancang dan membangun sebuah tempat tinggal Anda sendiri adalah salah satu hal yang sangat menarik untuk dilakukan. Dengan merancang sendiri maka otomatis Anda bisa mengkreasikan desain dari rumah akan Anda bangun. Salah satu desain yang sangat menarik untuk diterapkan adalah menerapkan desain rumah etnik NTT pada rumah modern Anda. Rumah adat NTT sangatlah terkenal dengan dengan rumah yang memiliki model atap tinggi dan menjulang. Desain tersebut ternyata juga bisa diterapkan dalam hunian modern yang ada saat ini. Cek pilihan rumah terjangkau Rp300 jutaan berikut ini agar Anda bisa membangunnya lagi. 3. Jenis-Jenis Rumah Adat NTT Nusa Tenggara Timur adalah salah satu provinsi di Indonesia yang sangat indah dan menarik untuk dikunjungi. Salah satu bentuk keindahan yang bisa Anda lihat adalah dari terdapat beberapa jenis rumah adat berbeda yang bisa Anda temui di sana. Di bawah ini adalah beberapa jenis rumah adat NTT terdapat pada suku yang berbeda a. Rumah Adat Musalaki Rumah adat yang pertama dan paling umum bisa Anda temui adalah rumah adat Musalaki. Sesuai dengan yang sudah disebutikan di atas, rumah adat Musalaki merupakan salah satu rumah adat yang dijadikan sebagai lambang dari provinsi Nusa Tenggara Timur. Seperti yang dilansir dari Parawisata Indonesia, rumah adat musalaki mempunyai gaya arsitektur yang unik dan dibagi menjadi dua bagian utama yaitu struktur atas dan struktur bagian bawah. b. Rumah Adat Mbaru Niang Rumah adat Nusa Tenggara Timur yang selanjutnya adalah rumah adat Mbaru Niang. Rumah adat ini berasal dari desa yang berada di Nusa Tenggara Timur yaitu desa Wae Rebo. Rumah adat Mbaru Niang memiliki desainnya yang sangat unik dan berbeda dari rumah adat pada umumnya. Rumah adat ini. Rumah adat Mbaru Niang ini memiliki fungsi yang berbeda dari rumah adat Musalaki karena bisa ditinggali oleh masyarakat yang ada dan tidak dikhususkan untuk kepala suku saja. Rumah adat Mbaru Niang memiliki gaya arsitektur yang menarik karena dibangun membentuk layaknya sebuah kerucut dan membuatnya menjadi terlihat seperti sebuah tenda yang berukuran sangat besar. c. Rumah Adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Rumah adat Nusa Tenggara Timur yang terakhir adalah rumah adat Sao Ria Tenda Bewa Moni. Rumah adat ini juga memiliki desain yang sangat unik dan berbeda dari rumah adat Nusa Tenggara Timur yang lainnya. Secara fungsi, rumah adat ini terbagi menjadi beberapa bagian. Ada yang memanfaatkan rumah adat ini sebagai hunian tempat tinggal dan ada juga beberapa masyarakat yang memanfaatknya sebagai tempat untuk menyimpan benda adat hingga tulang belulang para leluhur. Tips adat yang ada pada setiap daerah sebelum berkunjung agar Anda bisa menjadi lebih sopan ketika berkunjung. 4. Filosofi Rumah Adat NTT Hampir seluruh rumah adat yang ada di Indonesia memiliki filosofinya sendiri. Sebuah filosofi sangatlah penting untuk dimiliki agar bisa menjadi tujuan dari dibangunnya rumah adat tersebut. Rumah adat Nusa Tenggara Timur sendiri dibangun dengan mengikuti sebuah filosofi yaitu adanya keseimbangan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Selain itu juga rumah adat NTT juga memiliki makna sebagai tempat utama untuk mengumpulkan nilai-nilai religius, norma, estetika dan budaya. 5. Keunikan yang Dimiliki Rumah Adat NTT Setiap rumah adat tentunya memiliki keunikannya masing-masing. Setiap daerah mempunyai desain dan rancangan dari rumah adat yang berbeda dan menjadikannya tidak ada rumah adat dengan desain yang seratus persen sama. Di bawah ini adalah beberapa keunikan dari rumah adat NTT yang dilansir dari Genpi Atap dari rumah adat Mbaru Niang terbuat dari daun lontar dan memiliki ketinggian hingga 15 meter. Atap yang berbahan dasar dari daun lontar ini ditutupi dengan ijuk dan bentuk atapnya dibiarkan terus menjulur dari atap hingga menyentuh tanah. Rumah adat NTT juga memiliki model atap menyerupai sebuah kerucut atau limas istimewa dengan bidang miring. Secara filosofinya, bentuk kerucut tersebut adalah sebuah simbol perlindungan dan persatuan antar masyarakat. Keunikan yang selanjutnya adalah umumnya rumah adat NTT mempunyai 5 lantai berbeda dan memiliki fungsinya sendiri-sendiri. Pada tingkat pertana, terdapat ruang lutur yang akan difungsikan sebagai tempat tinggal. Pada tingkat kedua merupakan tempat penyimpanan barang dan bahan makanan. Pada tingkat ketiga, digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benih tanaman. Pada tingkat yang keempat, terdapat ruangan untuk menyimpan stok pangan. Lalu pada tingkat kelima terdapat ruangan untuk memberikan sesajen pada leluhur. Bangunan dari rumah adat juga dibangun tanpa menggunakan paku sama sekali dan mengandalkan tali rotan sebagai alat pengikatnya. Mengikuti aturan dari leluhur, rumah adat juga akan dibangun dengan tidak menyentuh tanah dan harus memiliki kolong dengan tinggi minimal 1 meter. Rumah adat juga harus dibangun pada tanah yang datar dan tidak miring. Tanah yang tidak rata harus diratakan terlebih dahulu agar tidak ada kemiringan sama sekali pada lahan yang akan dibangun. Itulah penjelasan mengenai rumah adat NTT beserta sejarah dan fungsinya masing-masing. Saat ini, rumah-rumah adat tersebut sudah semakin ditinggali dan satu demi satu dijadikan sebagai cagar budaya. Anda bisa ikut berperan untuk menjaganya dengan melestarikan rumah adat yang ada dan tidak merusaknya. Anda tidak perlu panik ketika KPR Anda ditolak oleh Bank! Simak video berikut untuk mengetahui apa saja yang bisa menjadi penyebab utama KPR Anda ditolak. Hanya yang percaya Anda semua bisa punya rumah. Tanya Tanya ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
JogloGambar Rumah Adat Jawa Tengah Kartun : Rumah Adat Joglo Sejarah Jenis Keunikan Ciri Khas Bentuk Dan 2 Buku Terkait Post a Comment Perlu kamu ketahui, rumah joglo dulunya dibangun oleh bangsawan dan orang kaya. Yuk simak penjelasan lengkap, keunikan, hingga gambarnya di sini! Apa saja sih nama rumah adat jawa tengah? Joglo gambar rumah
Rumah adat Mbaru Niang suku Manggarai terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Foto ShutterstockRumah adat Mbaru Niang suku Manggarai terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT tepatnya di Gunung rumah adat Mbaru Niang ini terletak di Kampung Adat Wae Rebo. Mengutip buku 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia karya Fitri Haryani NasuXon, Desa Wae Rebo merupakan salah satu desa tertinggi di desa tersebut memiliki tinggi sekitar meter dari permukaan laut. Karena itu, desa ini kerap dihiasi dengan kabut tipis di pagi harinya dan memiliki pemandangan serta udara yang dari Desa Wae Rebo adalah keturunan Minang. Meskipun berada di Nusa Tenggara Timur, konon penduduk Wae Rebo adalah keturunan Minang, Sumatera moyang penduduk Wae Rebo berasal dari Minangkabau yang merantau ke Flores dan akhirnya menetap di Desa Wae Wae Rebo memiliki semangat nasionalisme yang tinggi. Bahkan setiap hari kemerdekaan, di rumah adat Mbaru Niang, dipasangkan bendera. Penduduk Wae Rebo berbondong-bondong membuat tiang bendera berdiri tegak lurus di rumah adat yang berbentuk kerucut tersebut. Simak penjelasan lengkap tentang rumah adat Rumah Adat Mbaru NiangTentang rumah adat Mbaru Niang. Foto Leonardus Nyoman/Buku Mbaru Gendang, Rumah Adat Manggarai, FloresMengutip dari buku Mbaru Gendang, Rumah Adat Manggarai, Flores karya Dr. Yohanes S. Lon, rumah adat Mbaru Niang berbentuk kerucut dan memiliki lima lantai dengan tinggi sekitar 15 meter. Rumah ini memiliki desain unik dan terpencil di pegunungan karena hanya berada di Desa Wae keunikan tersebut, rumah adat Mbaru Niang ini mendapatkan penghargaan tertinggi untuk kategori konservasi warisan budaya UNESCO Asia-Pasifik di tahun Niang berbentuk kerucut dan atapnya yang terbuat dari dan lontar hampir menyentuh tanah. Keseluruhan rumah ini ditutupi menggunakan ijuk. Uniknya pembuatan rumah ini dibangun tanpa paku, tetapi memiliki tali pada Rumah Adat Mbaru NiangSetiap rumah Mbaru Niang ditempati oleh enam hingga delapan keluarga. Tidak hanya itu, satu rumah adat ini memiliki ruangan dengan fungsi yang lebih jelasnya, berikut adalah penjelasan dari setiap tingkat rumah adat Mbaru Niang, yakniRuangan ini digunakan sebagai tempat tinggal dan untuk berkumpul dengan keluarga. Tingkat pertama ini biasanya disebut dengan ini adalah loteng yang berfungsi untuk menyimpan bahan makanan dan barang keperluan sehari-harinya. Tingkat kedua dari rumah adat ini disebut dengan di tingkat ketiga digunakan untuk menyimpan benih-benih tanaman pangan, seperti padi, jagung, dan kacang-kacangan. Tingkat ketiga ini disebut juga dengan ini berguna untuk menyimpan stok makanan jika suatu saat terjadi kekeringan. Tingkat keempat ini disebut juga dengan lempa ii adalah tempat untuk melakukan sesajian, yaitu persembahan untuk para leluhur. Tingkat kelima ini dapat disebut dengan hekang kode.
oGpk.
  • marg5uhfir.pages.dev/374
  • marg5uhfir.pages.dev/423
  • marg5uhfir.pages.dev/306
  • marg5uhfir.pages.dev/442
  • marg5uhfir.pages.dev/465
  • marg5uhfir.pages.dev/17
  • marg5uhfir.pages.dev/17
  • marg5uhfir.pages.dev/279
  • apa saja keunikan rumah adat mbaru niang